Nias (Satu Nusantara News) – Penyuluh Agama Kristen di Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Nias, Sumatera Utara, harus berjalan kaki sepanjang lebih kurang tiga kilometer untuk melaksanakan tugas di daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) Desa Lolo’ana’a, Kecamatan Gido, Kabupaten Nias, Sumatera Utara.
Desa Lolo’ana’a ini merupakan salah satu desa terpencil yang ada di wilayah Kabupaten Nias, memiliki jarak dengan Kecamatan Gido kurang lebih enam kilometer. Dimana kondisi jalan menuju desa ini sangat memprihatinkan, akses jalan yang hanya bisa dilewati kendaraan baik roda 2 dua dan roda 4, sekitar tiga kilometer, selebihnya hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.
Penyuluh agama merupakan sosok penerang bagi umat yang bertugas memberikan bimbingan, edukasi, dan penyuluhan mengenai ajaran agama kepada masyarakat.
Kisah Penyuluh Agama Kristen (PAK) Kantor Kemenag Kabupaten Nias menjadi inspirasi dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan agama di wilayah 3T terseebut.
Sudi Agusriang Harefa adalah sosok penyuluh yang berdedikasi tinggi serta bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Sudi melaksanakan tugasnya dengan sungguh – sungguh dan penuh keikhlasan. Dalam kesehariannya Sudi menjadi motivator bagi teman-teman penyuluh Agama Kristen, meskipun dirinya melayani di daerah pedalaman, namun tetap semangat mengabdi memberikan bimbingan dan penyuluhan agama kepada masyarakat.
Pertama kali dirinya diangkat menjadi PAK Non Pegawai Negeri Sipil (PNS) sejak tahun 2019 dan menjadi PPPK pada tahun 2023.
“Perjalanan kami menuju Desa Lolo’ana’a, Kecamatan Gido dengan menggunakan kendaraan roda 2, sebagian akses jalannya tidak bisa dilalui oleh kendaraan sehingga harus menitipkan kendaraan di rumah warga yang merupakan batas jalan yang bisa dilalui kendaraan,” ucap Penyuluh Agama Kristen, Sudi Agusriang Harefa, di Kabupaten Nias, Selasa (25/02).
Ia menyebutkan, untuk sampai di Kantor Desa Lolo’ana’a, sebagai tempat pelaksanaan penyuluhan tidaklah mudah karena harus memiliki tenaga yang ekstra dan fisik yang kuat karena akses jalan yang ditempuh dengan berjalan kaki kurang lebih sejauh tiga kilometer.
“Untuk sampai di Desa Lolo’ana ‘a, kami harus berjalan kaki dikarenakan jalannya masih berbatu dan melewati dua aliran sungai yang sudah diberi titian yang sifatnya darurat, serta masih ada jalan setapak yang harus dilewati. Rumah warga masyarakat tidak terlalu padat, namun jaraknya berjauhan dan kami melihat di Desa Lolo’ana’a, Kecamatan Gido, dimana aliran listrik masih belum dinikmati oleh warga sekitar,” ujarnya.
Sudi menjelaskan, meskipun perjalanan yang harus ditempuh sangat sulit, namun bersyukur sudah bisa menunaikan tugas di Desa Lolo’ana’a. Semua itu menjadi tantangan bagi seorang Penyuluh Agama Kristen yang bertugas untuk menyampaikan pembinaan Agama agar masyarakat dapat mengalami pertumbuhan Iman.
Penyuluhan Agama di Desa Lolo’ana’a ini menjadi memori kehidupan yang tidak bisa dilupakan. Melayani di desa ini sungguh banyak suka dan duka yang dijalani mengingat perjalanan yang harus ditempuh. Hal ini menjadi pengalaman menarik mengingat melayani di daerah 3T menjadi motivasi dalam berinovasi untuk bisa berkolaborasi dengan masyarakat setempat.
“Melayani di Desa Lolo’ana’a, sangat berkesan mengingat antusias masyarakat yang siap menerima pelayanan kami melalui pengarahan, pembinaan lewat bahasa agama,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Yuli Darmawati Zai yang ikut bersama-sama melaksanakan penyuluhan di Desa Lolo’ana’a, menyatakan bahwa sebagai penyuluh Agama harus setia dengan tugas dan tanggungjawab. Walaupun dengan perjuangan untuk menempuh medan perjalanan yang sangat menantang, karena harus melewati gunung dan lembah dengan berjalan kaki melewati sungai.
Pernyataan yang sama disampaikan Elianus Zai, bahwa akses jalan yang ditempuh sungguh menegangkan apalagi kalau musim hujan jalan yang ditempuh susah untuk dilewati mengingat kondisi jalan yang begitu cukup parah.
“Namun demikian, tidak menjadi penghalang dalam melaksanakan tugas, karena Penyuluh Agama Kristen memiliki peran penting di tengah-tengah masyarakat untuk membantu mengarahkan, membimbing dan memberi penerangan melalui bahasa agama,” ucapnya.
Selanjutnya Nistuti M. Bate’e, sebagai teman sejawat sebagai Penyuluh Agama Kristen menyampaikan bahwa dalam pelaksanaan penyuluhan ini, dilakukan sebagai dedikasi kepada masyarakat. Oleh karena itu, kesetiaan menjadi kunci utama dalam menunaikan tugas kepenyuluhan sehingga dapat memberikan dampak positif bagi kelompok binaan yang mengedepankan motto: Kementerian Agama yaitu Ikhlas Beramal.
“Kami telah membuat jadwal rutin pelaksanaan penyuluhan untuk setiap kelompok binaan sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat terlaksana dengan baik,” jelasnya.
Nistuti, sangat berharap adanya perhatian, baik Pemerintah Kabupaten Nias maupun Pemerintah Pusat untuk memprioritaskan pembangunan infrastruktur di daerah 3T khususnya di Desa Lolo’ana’a agar proses pelaksanaan pelayanan penyuluhan agama semakin mudah untuk dijangkau.(Rel).
Said Al Fathan siswa MTsN Sibolga alami lengan patah raih juara I lomba tahfidz
Medan (Satu Nusantara News) - Said Al Fathan siswa MTsN Sibolga yang hafidz 12 juz tetap semangat menjalani aktivitas keseharian...