Toba Samosir (Satu Nusantara News) – Muhammad Sajjad Abqary, seorang anak masih kecil yang tinggal di sebuah desa di Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, inspirasi cinta Al- Qur’an di lingkungan kehidupan minoritas, dimana hanya ada 10 keluarga muslim, namun tidak menghalangi keluarga ini tetap teguh menanamkan nilai-nilai agama kepada anak-anak mereka.
Sajjad merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, lahir dari pasangan suami istri Indra Fauza dan Ana Rasidah yang hidup dalam penuh kesederhanaan.
Kisah Sajjad menjadi teladan, tidak hanya bagi teman-temannya di sekolah, tetapi juga masyarakat sekitar. Orang tua Sajjad berhasil membuktikan bahwa nilai-nilai agama dapat tetap ditanamkan meski berada di lingkungan yang mayoritasnya berbeda keyakinan. Keluarga ini juga menjaga hubungan baik dengan tetangga mereka.
“Kami hidup rukun dan damai di sini (Toba Samosir), saling menghormati, dan tidak pernah ada masalah meski berbeda agama,” kata Ana Rasidah, ibunda Sajjad, saat ditemui di Toba Samosir, Selasa (19/11).
Ana menyebutkan, kehidupan harmoni ini menjadi contoh bahwa perbedaan keyakinan tidak menjadi penghalang untuk hidup berdampingan dengan damai.
Sejak usia dini, Sajjad telah diperkenalkan pada Al-Quran oleh orang tuanya. Bahkan, ketika masih di taman kanak-kanak, Sajjad sudah mulai belajar mengenal huruf-huruf hijaiyah. Orang tua Sajjad tidak hanya mengandalkan pendidikan agama dari luar rumah, tetapi juga rutin belajar mengaji bersama keluarga di rumah, termasuk dengan kakaknya.
Di usianya yang baru tujuh tahun dan duduk di kelas satu MIN Toba Samosir, Sajjad telah menunjukkan kecintaan mendalam pada Al-Quran. Ia rutin mengaji di masjid dekat rumahnya setiap hari, kecuali Kamis dan Sabtu. Di masjid itu, ia dibimbing oleh seorang ustadz bernama Lahmuddin Nasution. Kebiasaan ini terus ia jalankan dengan disiplin.
Yang membuat Sajjad berbeda adalah kecintaannya yang luar biasa terhadap Al-Quran, hingga ia selalu membawa mushaf ke mana pun, termasuk ke sekolah. Di sekolah, setelah selesai mengerjakan tugas di kelas, ia menyempatkan diri membaca Al-Quran di waktu luangnya. Kebiasaan ini tidak hanya dilakukan di kelas, tetapi juga saat jam istirahat.
Meski masih anak-anak, Sajjad mampu mengatur waktu dengan baik. Setelah menikmati bekal dan bermain bersama teman-temannya, ia selalu menyempatkan waktu untuk membaca Al-Quran. Setelah pulang sekolah, sembari menunggu kakaknya, Sajjad kerap duduk di pojok dan membaca Al-Quran sendirian.
Kebiasaan ini tidak luput dari perhatian Husniaty Sitorus, salah satu gurunya di MIN Kabupaten Toba Samosir.
Husniaty mengaku bangga melihat anak seusia Sajjad yang tidak hanya rajin membaca Al-Quran, tetapi juga pandai dan disiplin di kelas.
Saat ditanya mengapa Sajjad begitu sering membaca Al-Qur’an, Sajjad hanya tersenyum dan melanjutkan bacaannya. Guru-guru menduga bahwa karena usianya yang masih kecil, Sajjad belum dapat mengungkapkan alasannya secara verbal.
“Namun, tindakan Sajjad sudah menunjukkan bahwa kecintaan yang mendalam terhadap kitab suci Al-Qur’an,” kata Husniaty Sitorus, Guru MIN di Kabupaten Toba Samosir.
Kisah inspiratif Sajjad mengingatkan banyak orang tentang pentingnya pendidikan agama sejak dini. Keteladanan orang tua dan dedikasi Sajjad menunjukkan bahwa iman dan kecintaan terhadap Al-Quran mampu membawa perubahan positif di lingkungan sekitarnya.
Melalui kebiasaannya yang sederhana, Sajjad telah menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia membuktikan bahwa kesungguhan dalam menjalankan nilai-nilai agama dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Semoga semangat Sajjad terus tumbuh dan menjadi inspirasi yang lebih besar di masa depan. (Rel/Kemenag Sumut).
Wakil Menteri Agama: kuota haji Indonesia berangkat tahun 2025 sebanyak 221.000 jemaah
Medan (Satu Nusantara News) - Wakil Menteri Agama (Wamenag) RI, KH. Muhammad Syafi'i, mengatakan kuota haji Indonesia yang akan berangkat...