Medan (Satu Nusantara News) – Pasangan suami istri (Pasutri) Askar Simbolon (75) dan Asniar Pasaribu (69) asal Kota Sibolga, Sumatera Utara, yang sehari-harinya sebagai penjual sembilan bahan pokok (sembako) selama puluhan tahun, akhirnya terkabul niat mereka untuk menunaikan ibadah haji dan berangkat ke tanah suci Mekkah.
Pasutri tersebut, tinggal di sebuah rumah yang sangat sederhana di batas Kota Sibolga, aroma minyak goreng dan rempah-rempah selalu tercium dari pagi hingga petang. Askar Simbolon dan istrinya Asniar menggantungkan harapan hidup mereka selama puluhan tahu menjual sembako untuk bertahan hidup dan mewujudkan impian mereka berangkat ke tanah suci.
Pada tahun 1446 Hijriah/2025 M, menjadi titik terang bagi mereka setelah belasan tahun menabung rupiah demi rupiah dari hasil berjualan sembako.Pasangan lanjut usia (Lansia) ini akhirnya berangkat haji dan tergabung di kelompok terbang (Kloter) 23 Embarkasi Medan. Air mata kedua pasutri itu, kelihatan membasahi pipi mereka karena merasa haru ketika mengenang perjuangan untuk bisa berangkat ke tana suci.
Setiap pagi, sebelum ayam berkokok, Askar sudah mulai menata dagangan berupa beras, gula, telur, minyak goreng, sabun, hingga kopi sachet. Warung sembako yang berukuran kecil itu menempel di bagian depan rumah mereka. Tak pernah kelihatan ramai dikunjungi para pembeli, namun bisa sekadar mendapatkan rezeki untuk memenuhi biaya hidup mereka sehari-hari.
“Kadang-kadang dalam sehari jualan mereka cuma laku lima bungkus mie instan, tetapi tetap bersyukur dan tak pernah mengeluh.Yang penting bisa nyisihin sedikit uang untuk ditabung biaya berangkat haji,” ujar Asniar, sambil mengusap matanya yang kelihatan agak merah karena cuaca panas.
Sejak bertahun-tahun, mereka mulai menabung untuk daftar haji. Butuh beberapa tahun lebih untuk bisa mendaftar secara resmi karena terbatasnya penghasilan. Setelah itu, mereka harus menunggu antrean selama belasan tahun.
“Waktu daftar, saya masih kuat angkat karung beras sendiri. Sekarang sudah harus pakai tongkat, bahkan dipapah oleh istri saya. Penyakit sudah banyak di umur tua ini,” kata Askar, di Kota Sibolga, Kamis (08/05).
Ia menjelaskan, pada peristiwa Pandemi COVID-19 tahun 2000, usaha jualan mereka mengalami turun drastis, dan hanya bisa bertahan dengan menjual barang-barang kebutuhan pokok, dan secara hutang ke tetangga yang juga hidupnya kesulitan.
Di tengah peristiwa tersebut, mereka juga kehilangan salah satu anaknya yang menjadi tulang punggung bagi keluarga untuk mencari nafah. Dalam kesedihan yang cukup pilu, membuat mereka sempat enggan untuk melanjutkan niat menunaikan ibadah haj. Namun berkat dukungan dari pihak keluarga dan jiran tetangga membuat diri mereka bertambah semangat berjualan dan bangkit kembali dari keterpurukan ekonomi.
Askar menambahkan, awal tahun 2025 ini, mereka merasa bangga seteleh menerima kabar dari Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kota Sibolga. Bahwa nama mereka masuk dalam daftar keberangkatan jemaah haji kelompok terbang (Kloter) 23 Embarkasi Medan yang akan bergabung dengan jemah calon haji (JCH) asal Kota Medan dan Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta). Kabar yang cukup menyenangkan hati itu membuat pasangan suami istri (pasutri) ini, Askar dan Asniar tak kuasa menahan air mata.
“Rasanya seperti mimpi saja. Belasan tahun kami menunggu untuk bisa berangkat haji. Sekarang, saat keadaan fisik sudah mulai rapuh dan tak kuat lagi, Allah SWT tetap memberi kami kesempatan,” ujar Asniar dengan rasa haru, dan suara yang agak bergetar.
Sebahagian warga yang ada di Kota “Sibolga Nauli” itu ikut merasa terharu dan salut dengan liku-liku perjuanan pasutri itu untuk bisa berangkat menunaikan ibadah haji.Banyak warga yang datang ke rumah Askar dan Asniar untuk mendoakan mereka agar tetap sehat dalam melaksanakan ibadah haji ke tanah suci, dan kembali ke tanah air dengan selamat dan memperoleh haji yang mabrur.
Bahkan, anak-anak mereka kelihatan secara bergotong-royong untuk membantu dan membelikan perlengkapan haji untuk Askar dan Asniar.
Kini, pasangan pasutri warga Kota Sibolga yang hidup mereka kelihatan sangat sederhana itu, segera menunaikan Rukun Islam yang kelima, menunaikan ibadah haji ke tanah suci dengan langkah yang perlahan-lahan itu, tetapi pasti dan sukas. Meskipun tubuh mereka kelihatan renta, namun semangat dan keyakinan dalam hati begitu besar.
“Banyak yang menyebutkan bahwa kami sudah tua, tetapi bagi mereka hal yang seperti ini adalah sebuah perjalanan yang bersejarah untuk menuju puncak cinta kepada Allah Yang Maha Kuasa. Kami ingin berangkat dan pulang dengan hati yang bersih, dan memperoleh haji mabrur,” kata Askar Simbolon, dengan penu semangat.
Kisah hidup dan perjuangan Askar dan Asniar untuk bisa berangkat menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah, dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang. Bahwa mereka yang selama ini hidup sederhana, namun karena hidup yang jujur, ketulusan, kesabaran, ikhlas, kerja keras dan usaha kecil yang konsisten bisa membawa mereka hingga ke tanah suci Mekkah.(Rel).
Satu jemaah haji Kloter 04 Embarkasi Medan dirawat di RS Al Harom Madinah
Madinah (Satu Nusantara News) - Satu orang jemaah haji atas nama Nirzanah Hasibuan (78) kelompok terbang (Kloter) 04 Embarkasi Medan...